Aku bukan kurcaci
yang bisa membuatmu
tertawa sepagi ini.
Aku hanya duri
yang senantiasa memberi duka
Kita berdua ada di lembah
Pegang erat tanganku agar tak jatuh!
Di bawah banyak ular berbisa
Jika di sana maka bencana.

Jangan menangis adeniaku
Hidup memang selalu begitu
Kita harus kuat berjalan
Membacanya pelan-pelan.
Jangan duduk adeniaku!
Kita jalan saja walau pilu
Derita hanya satu bab dalam halaman
Di akhir nanti kita tidur dan bermimpi

Kamu jangan menangis
Hatiku sedih bergaris-garis
Aku memang tak sekuat ayah
Aku sekedar pujangga yang jatuh cinta
Aku tak punya saputangan
Dan ini puisiku untuk menghapus air matamu

Jangan menangis sayang…
Hatiku tercabik dan terbuang

Jan’05